Jumat, 04 September 2015

Cerpen

Ketika Tuhan Jatuh Cinta
Silvi Mafrukhatin Ni’mah
Burung menari-nari pada senja sore hari. Perempuan cantik itu masih bergelut dengan kerjaannya. Iya Dia adalah sosok perempuan yang berubah menjadi sosok perempuan yang teramat cantik dengan balutan hijab di kepalanya, Indah Diana. Perempuan yang bernama Indah ini baru setahun berada di pesantren ini. Mungkin bagi kebanyakan orang, orang yang memutuskan pergi ke sebuah pesantren adalah untuk menimba ilmu sekaligus mendekatkan diri pada sang Murobbi. Akan tetapi kepergian Indah ini bukan semata-mata karena keinginanya. Indah terpaksa pergi ke pesantren karena desakan kedua orang tuanya terutama Ayahnya. Kepribadian Indah saat ini sangat bertolak belakang dengan kepribadiannya di masa lalu sebelum ada di pesantren ini.
Indah Diana merupakan putri sulung dari bapak Handoko, pengusaha yang kaya raya karena perkebunan tehnya. Indah memiliki seorang adik perempuan yang termasuk anak bungsu dari bapak Handoko ini, iya dia adalah Riana. Anak yang selalu dibanggakan oleh kedua orang tuanya. Karena kekayaan yang dimiliki ayahnya ini, Indah bertindak semaunya. Baginya segalanya bisa ia lakukan dan dapatkan dari uang yang dikantonginya. Termasuk memakai narkoba. Iya Indah adalah mantan pecandu narkoba. Kesehariannya hanya bisa ia habiskan di sebuah club malam di Bandung. Suatu ketika Indah kepergok oleh Ayah dan Ibunya baru pulang sekitar pukul tiga pagi dengan keadaan setengah sadar karena mabuk. Indah berjalan dengan sempoyongan. Sejak itulah Ayah dan Ibunya menghubungi temannya yang kebetulan mengampu sebuah pesantren di sebuah desa kecil. Awalnya Indah menolak keras kemauan Ayah dan Ibunya ini. Karena ancaman kedua orang tuanya sehingga Indah harus menuruti semua kemauan Ayah dan Ibunya.
Keesokan harinya Indah berangkat ke sebuah pesantren dengan diantar oleh kedua orang tuanya. Indah merasa tidak nyaman dengan kondisi yang ada di Pesantren. Baginya itu bukanlah dunianya yang sesungguhnya.
“Please Mom! Tempat apa ini? ini bukan tempat yang cocok buat Indah Mom”. Ujarnya.
Perkataannya tidak dihiraukan oleh sang Ibu. Ayah dan Ibunya berbincang-bincang sebentar dengan temannya yang memiliki pesantren itu. Kedua orang tuanya menceritakan semua yang terjadi dan dialami oleh putri sulungnya itu. Lalu kedua orang tuanya beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut. Indah berlari mengejar kedua orang tuanya. Ibunya menghentikan langkahnya.
“Mama minta kamu tidak pernah mengecewakan Papa dan Mama kali ini” pertegas Ibunya sembari beranjak pergi.
Indah hanya terdiam. Ia tidak tahu apa yang seharusnya ia lakukan. Tak lama ada seorang perempuan yang seumuran dengannya menghampirinya.
“Nama saya Maryam, mari ikut dengan saya, saya akan menunjukkan tempat kamu.” Ujarnya sembari membawakan barang-barang Indah ke sebuah kamar kecil yang di dalamnya hanya ada dua almari kecil dan dua tempat tidur kecil. Indah memandangi seluruh sudut ruangan tersebut dengan jijik. Sebelumnya ia tak pernah menjumpai tempat seperti itu.
“Buat apa tempat ini?” Tanya Indah kebingungan.
“Ini tempat tidurmu nanti” jawab Maryam.
Indah hanya melongo. Ia masih tidak percaya dengan kondisinya yang sekarang. Ia masih berdiri di depan pintu.
“Mari masuk. Kamu harus terbiasa dengan tempat dan kondisi yang seperti ini” ucap Maryam sembari menghampiri Indah dan mengajaknya masuk.
“Duduklah! Istirahatlah sebentar” pintanya.
--------------------------------------------############################-------------------------------
Indah berjalan menyusuri lorong di tempat para santri mengaji. Dengan pakaian yang lain daripada yang lain. Memakai celana jeans panjang dengan t-shirt pendek warna biru dengan rambut yang terurai. Semua mata menatap padanya. Indah kebingungan kenapa orang-orang yang dilewatinya menatapnya sinis. Indah merasa tidak ada yang salah dengan dirinya. Seseorang lelaki tampan menghampirinya.
“Maaf, sepertinya pakaian anda tidak mengenakkan bagi kami pandang. Sebaiknya anda berganti pakaian dengan yang lebih sopan” ujar lelaki tersebut tanpa menatap perempuan yang ada di hadapannya itu.
“Loh, kenapa dengan pakaianku? Ada yang salah? Apa… “ sengatnya belum sempat ia selesaikan. Keburu Maryam datang dan menarik tangannya lalu mengajaknya pergi.
“Ada apa Maryam?” katanya kebingungan.
“Kamu harus ganti baju” lalu Maryam mengambil beberapa pakaian dari alamarinya.
“Pilih baju yang cocok dan muat di tubuhmu” ujar Maryam sekali lagi.
Indah memilah-milah pakaian yang cocok untuknya. Pilihannya jatuh pada gamis panjang berwarna hijau daun. Lalu Maryam mengambilkan jilbab yang sewarna dengannya.
“Ayo sekarang gantilah bajumu dengan pakaian ini!”
Indah menuruti apa yang telah dikatakan Maryam. Beberapa menit kemudian Indah muncul dengan pakaian muslimahnya itu.
“Subhanaallah,,,ente jamilah” ungkap Maryam kagum.
“Apa itu artinya Maryam?”
“Kamu terlihat begitu cantik Indah. Seperti namamu” jawabnya masih terkagum-kagum.
Indah dan Maryam lalu keluar dari kamarnya. Kali ini semua mata menatap Indah dengan tertegun. Indah terlihat begitu cantik dengan pakaian yang serba tertutup itu. Warna pakaian yang dikenakannya amatlah cocok dengan kulitnya. Termasuk lelaki yang tadi menemuinya ia masih tertegun dengan keanggunan Indah.
“Siapa sebenarnya perempuan cantik itu?” ungkapnya lirih.
------------------------------------------------######################------------------------------------
Malam harinya, keadaan Indah saat sakau, ia menggigil hebat wajahnya pucat pasi. Maryam bingung dengan keadaan Indah seperti itu.
“Aku butuh obat itu Maryam” pintanya sambil menahan sakit.
“Obat apa Indah?”
“Nar..ko..ba”
Maryam kaget dengan jawaban Indah. Indah merengek-rengek pada Maryam agar diberikan obat itu untuknya. Maryam hanya geleng-geleng.
“Kamu tidak bisa seperti ini terus Ndah, kamu harus berubah. Aku tidak akan memberikan obat itu untukmu”.
Indah geleng-geleng. Ia sudah tidak kuat dengan keadannya saat itu. Maryam memeluknya erat. Indah memberontak. Tapi Maryam teteap memeluknya. Maryam mengambil jilbabnya lalu menjadikan jilbabnya untuk mengikat kaki dan kedua tangan Indah. Sampai akhirnya Indah dapat tertidur setelah lama merasa kesakitan.
Keadaan seperti ini sering dialami Indah sampai delapan bulan terakhir ia sudah tidak mengalaminya lagi. Indah merasa lega. Karena dirinya sudah bersih dari obat-obatan terlarang itu. Semua itu berkat Maryam dan asupan obat dari dokter yang menaganinya.
“Maryam terimakasih untuk semua yang sudah kamu lakukan untukku” ungkap Indah.
Maryam mengangguk dan tersenyum lalu memeluknya erat. “Kita adalah sahabat” ungkap Maryam tepat di telinga Indah.
------------------------------------------########################---------------------------------------
Suatu hari Indah berjalan menyusuri halaman belakang pesantren, tanpa sengaja ia bertemu dengan seorang lelaki yang pernah ia jumpai beberapa waktu yang lalu. Indah terus berjalan tanpa menghiraukan lelaki itu. Tanpa sengaja ia hampir terjatuh karena tersandung batu yang ada di depannya. Dengan sigap lelaki itu membantunya sehingga Indah tak sampai terjatuh. Dengan waktu yang bersamaan ada seorang perempuan diujung halaman yang melihat kejadian itu. Iya dia adalah Eva gadis yang selama ini digosipkan dengan lelaki yang menolongnya itu. Entah siapa nama lelaki itu Indah tak tahu.
Indah salah tingkah lalu ia beranjak pergi. Tak lama ada segerombolan para santri putra dan putri menghampirinya dan bersorak-sorai. Indah kebingungan.
“Maryam apa yang telah terjadi? Mengapa mereka menghakimiku seperti ini?” Tanya Indah tak mengerti.
Lalu Maryam menceritakan semuanya bahwa Indah telah di fitnah telah melakukan perbuatan zina di belakang pesantren.
“Sungguh aku tak pernah melakukan kejadian itu Maryam” ungkap Indah dengan isak tangis.
“Tolonglah aku Maryam” lanjutnya.
Maryam geleng-geleng. “Kali ini aku tak mampu menolongmu, aku minta maaf. Aku percaya padamu bahwa kamu tak mungkin melakukannya. Seperti apa aku nanti membelamu mereka tidak akan mempercayai perkataanku”
Indah semakin terisak. Lalu sesorang separuh baya menghampirinya. “Saya minta maaf karena ini sudah menjadi kebijakan di pesantren ini. sekarang segera kemasi barang-barangmu dan bawalah pulang.”
Indah masih terisak dan ia masuk ke kamar dan mengemasi barang-barangnya. Maryam ikut serta membantunya. Tak lama Indah keluar dengan membawa barang-barang bawaannya. Ia menatap iba kepada semua santri yang menatap kepergiannya. Ada yang merasa senang dan ada pula yang merasa sedih. Iya dia adalah Maryam yang akan sangat merasa kehilangan dengan kepergiannya.
-------------------------------------------------######################-----------------------------------
Sampai depan rumah Ibunya melihat Indah dengan heran. Indah baru satu tahun ada di pesantren kenapa sudah pulang pikir Ibunya. Indah menceritakan semua yang terjadi kepada kedua orang tuanya.
Tak lama Ayahnya pulang dari kerja. Mendengar semua cerita dari sang istri bukannya Ayahnya malah prihatin tapi sang Ayah malah marah-marah.
“Untuk apa kamu pulang ke rumah? Sudah bisa apa kamu pulang ke rumah? Kamu selalu membuat malu orang tua. Coba contoh adikmu ia sudah hafal 20 juz. Kamu bisa apa? Jadi anak yang paling besar bukannya membanggakan malah menyusahkan. Untuk apa kamu kembali ke rumah? Papa sudah bilang kamu boleh kembali ke rumah kalau kamu sudah hafal 30 juz dari kitab Al qur’an. Sekarang pergilah dan jangan pernah kembali sebelum kamu menuruti perkataan Papamu ini” bentaknya sembari masuk ke dalam kamar.
Indah semakin terisak. Ia lalu membereskan semua barang-barangnya dan beranjak pergi. Ibunya mencoba menghalanginya. Mau tinggal dimana nanti putrinya itu. Pikirnya. “Jangan halangi dia pergi Maa!” bentak suaminya dari dalam kamar. Indah mencoba menenangkan Ibunya lalu dia pergi.
Indah mencoba menyusuri setiap jalan yang harus dilaluinya. Ia juga tidak tahu akan melangkahkan kakinya kemana. Tepat waktu adzan berkumandang Indah mencoba mencari masjid yang dekat-dekat. Akhirnya ia menemukan mushola kecil. Indah sholat dan tafakur di tempat tersebut dan beristirahat dengan membaca lantunan Al-quran di mushola. Tanpa disadari ada perempuan paruh baya menghampirinya.
“Saya tidak pernah melihatmu sebelumnya, kamu bukan masyarakat sini?” Tanya perempuan paruh baya itu.
“Iya benar Bu, saya di sini singgah dan beristirahat.”
“Nama saya Retno. Kamu tinggal dimana Nak?”
Indah geleng-geleng, “Saya tidak memiliki tempat tinggal Bu,” ujarnya kemudian.
“Kalau begitu tinggalah dengan Ibu, Ibu tinggal sendirian.”
Mata Indah berbinar-binar ia tidak tahu harus mengungkapkan kebahagiannya itu seperti apa. “Apakah Ibu bisa membantu saya menghafal ayat-ayat suci dalam Al-quran bu?”
“Tentu Ibu akan membantumu Nak, nanti kamu juga bisa membantu Ibu mengurus musholla kecil ini”
Indah mengangguk setuju.
Indah begitu bertekad untuk bisa hafal 30 juz yang ada di Al-quran, Indah rajin membaca Al-quran setiap hari, karena ia ingin membuktikan kepada Papanya kalau ia mampu menjadi apa yang diharapkan kedua orang tuanya, Indah juga membantu Bu Retno mengurus musholla sekaligus TPA yang ada di desa itu. Dalam waktu 2 tahun setengah Indah sudah mampu menghafal semua ayat-ayat yang ada di Al-quran.
Pada suatu hari seusai sholat dhuha Indah mutholaah hafalannya di musholla. Tanpa sengaja ada seseorang yang mendengarnya mengaji. Seseorang itu kagum dengan suara itu. Lalu seseorang itu mencoba melihat siapa pemilik suara merdu itu di waktu dzuha tepatnya waktu orang-orang giat bekerja. Betapa terkejut seseorang itu ketika seseorang perempuan yang membaca Al-quran yang ada dihadapannya adalah seseorang yang pernah membuat jantungnya berdegup kencang. Indah menoleh kearah lalaki itu, Indah juga terkejut. Indah lalu berdiri menghampiri lelaki itu.
“Aku sudah mencarimu sejak lama, aku ingin meminta maaf atas kejadian yang pernah menimpamu” ungkap lelaki itu.
"Aku sudah memaafkan dan melupakan kejadian itu, itu bukan sepenuhnya salahmu” sahut Indah.
“Bolehkah aku mengatakan sesuatu yang selama ini ku simpan untukmu?” pinta lelaki itu.
Indah mengangguk setuju.
“Izinkan aku menjadi makhrommu”
Indah tersenyum bahagia lalu menggangguk setuju untuk yang kesekian kalinya. Inilah nikmat terindah yang diberikan Tuhan kepadanya. Tak ada sesuatu yang dapat menhalanginya ketika Tuhan telah jatuh cinta kepadanya dan mengubahnya menjadi insane yang lebih baik.

-------------------------------------------------------- THE END---------------------------------------------------------

Selasa, 10 Maret 2015

BAHASA DAN BERBAHASA

Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan berbahasa adalah proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi. 
1. Hakikat Bahasa
Para pakar linguistik biasanya mendefinisikan bahasa sebagai "satu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer," yang kemudian ditambah dengan "yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri." (Chaer, 1994).