Ketika
Tuhan Jatuh Cinta
Silvi Mafrukhatin Ni’mah
Burung
menari-nari pada senja sore hari. Perempuan cantik itu masih bergelut dengan
kerjaannya. Iya Dia adalah sosok perempuan yang berubah menjadi sosok perempuan
yang teramat cantik dengan balutan hijab di kepalanya, Indah Diana. Perempuan
yang bernama Indah ini baru setahun berada di pesantren ini. Mungkin bagi
kebanyakan orang, orang yang memutuskan pergi ke sebuah pesantren adalah untuk
menimba ilmu sekaligus mendekatkan diri pada sang Murobbi. Akan tetapi
kepergian Indah ini bukan semata-mata karena keinginanya. Indah terpaksa pergi
ke pesantren karena desakan kedua orang tuanya terutama Ayahnya. Kepribadian
Indah saat ini sangat bertolak belakang dengan kepribadiannya di masa lalu sebelum
ada di pesantren ini.
Indah
Diana merupakan putri sulung dari bapak Handoko, pengusaha yang kaya raya
karena perkebunan tehnya. Indah memiliki seorang adik perempuan yang termasuk
anak bungsu dari bapak Handoko ini, iya dia adalah Riana. Anak yang selalu
dibanggakan oleh kedua orang tuanya. Karena kekayaan yang dimiliki ayahnya ini,
Indah bertindak semaunya. Baginya segalanya bisa ia lakukan dan dapatkan dari
uang yang dikantonginya. Termasuk memakai narkoba. Iya Indah adalah mantan
pecandu narkoba. Kesehariannya hanya bisa ia habiskan di sebuah club malam di
Bandung. Suatu ketika Indah kepergok oleh Ayah dan Ibunya baru pulang sekitar
pukul tiga pagi dengan keadaan setengah sadar karena mabuk. Indah berjalan
dengan sempoyongan. Sejak itulah Ayah dan Ibunya menghubungi temannya yang
kebetulan mengampu sebuah pesantren di sebuah desa kecil. Awalnya Indah menolak
keras kemauan Ayah dan Ibunya ini. Karena ancaman kedua orang tuanya sehingga
Indah harus menuruti semua kemauan Ayah dan Ibunya.
Keesokan
harinya Indah berangkat ke sebuah pesantren dengan diantar oleh kedua orang tuanya.
Indah merasa tidak nyaman dengan kondisi yang ada di Pesantren. Baginya itu
bukanlah dunianya yang sesungguhnya.
“Please
Mom! Tempat apa ini? ini bukan tempat yang cocok buat Indah Mom”. Ujarnya.
Perkataannya
tidak dihiraukan oleh sang Ibu. Ayah dan Ibunya berbincang-bincang sebentar
dengan temannya yang memiliki pesantren itu. Kedua orang tuanya menceritakan
semua yang terjadi dan dialami oleh putri sulungnya itu. Lalu kedua orang
tuanya beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut. Indah berlari mengejar
kedua orang tuanya. Ibunya menghentikan langkahnya.
“Mama
minta kamu tidak pernah mengecewakan Papa dan Mama kali ini” pertegas Ibunya
sembari beranjak pergi.
Indah
hanya terdiam. Ia tidak tahu apa yang seharusnya ia lakukan. Tak lama ada
seorang perempuan yang seumuran dengannya menghampirinya.
“Nama
saya Maryam, mari ikut dengan saya, saya akan menunjukkan tempat kamu.” Ujarnya
sembari membawakan barang-barang Indah ke sebuah kamar kecil yang di dalamnya
hanya ada dua almari kecil dan dua tempat tidur kecil. Indah memandangi seluruh
sudut ruangan tersebut dengan jijik. Sebelumnya ia tak pernah menjumpai tempat
seperti itu.
“Buat
apa tempat ini?” Tanya Indah kebingungan.
“Ini
tempat tidurmu nanti” jawab Maryam.
Indah
hanya melongo. Ia masih tidak percaya dengan kondisinya yang sekarang. Ia masih
berdiri di depan pintu.
“Mari
masuk. Kamu harus terbiasa dengan tempat dan kondisi yang seperti ini” ucap
Maryam sembari menghampiri Indah dan mengajaknya masuk.
“Duduklah!
Istirahatlah sebentar” pintanya.
--------------------------------------------############################-------------------------------
Indah
berjalan menyusuri lorong di tempat para santri mengaji. Dengan pakaian yang
lain daripada yang lain. Memakai celana jeans panjang dengan t-shirt pendek
warna biru dengan rambut yang terurai. Semua mata menatap padanya. Indah
kebingungan kenapa orang-orang yang dilewatinya menatapnya sinis. Indah merasa
tidak ada yang salah dengan dirinya. Seseorang lelaki tampan menghampirinya.
“Maaf,
sepertinya pakaian anda tidak mengenakkan bagi kami pandang. Sebaiknya anda
berganti pakaian dengan yang lebih sopan” ujar lelaki tersebut tanpa menatap
perempuan yang ada di hadapannya itu.
“Loh,
kenapa dengan pakaianku? Ada yang salah? Apa… “ sengatnya belum sempat ia
selesaikan. Keburu Maryam datang dan menarik tangannya lalu mengajaknya pergi.
“Ada
apa Maryam?” katanya kebingungan.
“Kamu
harus ganti baju” lalu Maryam mengambil beberapa pakaian dari alamarinya.
“Pilih
baju yang cocok dan muat di tubuhmu” ujar Maryam sekali lagi.
Indah
memilah-milah pakaian yang cocok untuknya. Pilihannya jatuh pada gamis panjang
berwarna hijau daun. Lalu Maryam mengambilkan jilbab yang sewarna dengannya.
“Ayo
sekarang gantilah bajumu dengan pakaian ini!”
Indah
menuruti apa yang telah dikatakan Maryam. Beberapa menit kemudian Indah muncul
dengan pakaian muslimahnya itu.
“Subhanaallah,,,ente jamilah” ungkap Maryam kagum.
“Apa
itu artinya Maryam?”
“Kamu
terlihat begitu cantik Indah. Seperti namamu” jawabnya masih terkagum-kagum.
Indah
dan Maryam lalu keluar dari kamarnya. Kali ini semua mata menatap Indah dengan
tertegun. Indah terlihat begitu cantik dengan pakaian yang serba tertutup itu.
Warna pakaian yang dikenakannya amatlah cocok dengan kulitnya. Termasuk lelaki
yang tadi menemuinya ia masih tertegun dengan keanggunan Indah.
“Siapa
sebenarnya perempuan cantik itu?” ungkapnya lirih.
------------------------------------------------######################------------------------------------
Malam
harinya, keadaan Indah saat sakau, ia menggigil hebat wajahnya pucat pasi.
Maryam bingung dengan keadaan Indah seperti itu.
“Aku
butuh obat itu Maryam” pintanya sambil menahan sakit.
“Obat
apa Indah?”
“Nar..ko..ba”
Maryam
kaget dengan jawaban Indah. Indah merengek-rengek pada Maryam agar diberikan
obat itu untuknya. Maryam hanya geleng-geleng.
“Kamu
tidak bisa seperti ini terus Ndah, kamu harus berubah. Aku tidak akan
memberikan obat itu untukmu”.
Indah
geleng-geleng. Ia sudah tidak kuat dengan keadannya saat itu. Maryam memeluknya
erat. Indah memberontak. Tapi Maryam teteap memeluknya. Maryam mengambil
jilbabnya lalu menjadikan jilbabnya untuk mengikat kaki dan kedua tangan Indah.
Sampai akhirnya Indah dapat tertidur setelah lama merasa kesakitan.
Keadaan
seperti ini sering dialami Indah sampai delapan bulan terakhir ia sudah tidak
mengalaminya lagi. Indah merasa lega. Karena dirinya sudah bersih dari
obat-obatan terlarang itu. Semua itu berkat Maryam dan asupan obat dari dokter
yang menaganinya.
“Maryam
terimakasih untuk semua yang sudah kamu lakukan untukku” ungkap Indah.
Maryam
mengangguk dan tersenyum lalu memeluknya erat. “Kita adalah sahabat” ungkap
Maryam tepat di telinga Indah.
------------------------------------------########################---------------------------------------
Suatu
hari Indah berjalan menyusuri halaman belakang pesantren, tanpa sengaja ia
bertemu dengan seorang lelaki yang pernah ia jumpai beberapa waktu yang lalu.
Indah terus berjalan tanpa menghiraukan lelaki itu. Tanpa sengaja ia hampir
terjatuh karena tersandung batu yang ada di depannya. Dengan sigap lelaki itu
membantunya sehingga Indah tak sampai terjatuh. Dengan waktu yang bersamaan ada
seorang perempuan diujung halaman yang melihat kejadian itu. Iya dia adalah Eva
gadis yang selama ini digosipkan dengan lelaki yang menolongnya itu. Entah
siapa nama lelaki itu Indah tak tahu.
Indah
salah tingkah lalu ia beranjak pergi. Tak lama ada segerombolan para santri
putra dan putri menghampirinya dan bersorak-sorai. Indah kebingungan.
“Maryam
apa yang telah terjadi? Mengapa mereka menghakimiku seperti ini?” Tanya Indah
tak mengerti.
Lalu
Maryam menceritakan semuanya bahwa Indah telah di fitnah telah melakukan
perbuatan zina di belakang pesantren.
“Sungguh
aku tak pernah melakukan kejadian itu Maryam” ungkap Indah dengan isak tangis.
“Tolonglah
aku Maryam” lanjutnya.
Maryam
geleng-geleng. “Kali ini aku tak mampu menolongmu, aku minta maaf. Aku percaya
padamu bahwa kamu tak mungkin melakukannya. Seperti apa aku nanti membelamu
mereka tidak akan mempercayai perkataanku”
Indah
semakin terisak. Lalu sesorang separuh baya menghampirinya. “Saya minta maaf
karena ini sudah menjadi kebijakan di pesantren ini. sekarang segera kemasi
barang-barangmu dan bawalah pulang.”
Indah
masih terisak dan ia masuk ke kamar dan mengemasi barang-barangnya. Maryam ikut
serta membantunya. Tak lama Indah keluar dengan membawa barang-barang
bawaannya. Ia menatap iba kepada semua santri yang menatap kepergiannya. Ada
yang merasa senang dan ada pula yang merasa sedih. Iya dia adalah Maryam yang
akan sangat merasa kehilangan dengan kepergiannya.
-------------------------------------------------######################-----------------------------------
Sampai
depan rumah Ibunya melihat Indah dengan heran. Indah baru satu tahun ada di pesantren
kenapa sudah pulang pikir Ibunya. Indah menceritakan semua yang terjadi kepada
kedua orang tuanya.
Tak
lama Ayahnya pulang dari kerja. Mendengar semua cerita dari sang istri bukannya
Ayahnya malah prihatin tapi sang Ayah malah marah-marah.
“Untuk
apa kamu pulang ke rumah? Sudah bisa apa kamu pulang ke rumah? Kamu selalu
membuat malu orang tua. Coba contoh adikmu ia sudah hafal 20 juz. Kamu bisa
apa? Jadi anak yang paling besar bukannya membanggakan malah menyusahkan. Untuk
apa kamu kembali ke rumah? Papa sudah bilang kamu boleh kembali ke rumah kalau
kamu sudah hafal 30 juz dari kitab Al qur’an. Sekarang pergilah dan jangan
pernah kembali sebelum kamu menuruti perkataan Papamu ini” bentaknya sembari
masuk ke dalam kamar.
Indah
semakin terisak. Ia lalu membereskan semua barang-barangnya dan beranjak pergi.
Ibunya mencoba menghalanginya. Mau tinggal dimana nanti putrinya itu. Pikirnya.
“Jangan halangi dia pergi Maa!” bentak suaminya dari dalam kamar. Indah mencoba
menenangkan Ibunya lalu dia pergi.
Indah
mencoba menyusuri setiap jalan yang harus dilaluinya. Ia juga tidak tahu akan
melangkahkan kakinya kemana. Tepat waktu adzan berkumandang Indah mencoba
mencari masjid yang dekat-dekat. Akhirnya ia menemukan mushola kecil. Indah
sholat dan tafakur di tempat tersebut dan beristirahat dengan membaca lantunan
Al-quran di mushola. Tanpa disadari ada perempuan paruh baya menghampirinya.
“Saya
tidak pernah melihatmu sebelumnya, kamu bukan masyarakat sini?” Tanya perempuan
paruh baya itu.
“Iya
benar Bu, saya di sini singgah dan beristirahat.”
“Nama
saya Retno. Kamu tinggal dimana Nak?”
Indah
geleng-geleng, “Saya tidak memiliki tempat tinggal Bu,” ujarnya kemudian.
“Kalau
begitu tinggalah dengan Ibu, Ibu tinggal sendirian.”
Mata
Indah berbinar-binar ia tidak tahu harus mengungkapkan kebahagiannya itu
seperti apa. “Apakah Ibu bisa membantu saya menghafal ayat-ayat suci dalam
Al-quran bu?”
“Tentu
Ibu akan membantumu Nak, nanti kamu juga bisa membantu Ibu mengurus musholla
kecil ini”
Indah
mengangguk setuju.
Indah
begitu bertekad untuk bisa hafal 30 juz yang ada di Al-quran, Indah rajin
membaca Al-quran setiap hari, karena ia ingin membuktikan kepada Papanya kalau
ia mampu menjadi apa yang diharapkan kedua orang tuanya, Indah juga membantu Bu
Retno mengurus musholla sekaligus TPA yang ada di desa itu. Dalam waktu 2 tahun
setengah Indah sudah mampu menghafal semua ayat-ayat yang ada di Al-quran.
Pada
suatu hari seusai sholat dhuha Indah mutholaah hafalannya di musholla. Tanpa
sengaja ada seseorang yang mendengarnya mengaji. Seseorang itu kagum dengan
suara itu. Lalu seseorang itu mencoba melihat siapa pemilik suara merdu itu di
waktu dzuha tepatnya waktu orang-orang giat bekerja. Betapa terkejut seseorang
itu ketika seseorang perempuan yang membaca Al-quran yang ada dihadapannya
adalah seseorang yang pernah membuat jantungnya berdegup kencang. Indah menoleh
kearah lalaki itu, Indah juga terkejut. Indah lalu berdiri menghampiri lelaki
itu.
“Aku
sudah mencarimu sejak lama, aku ingin meminta maaf atas kejadian yang pernah
menimpamu” ungkap lelaki itu.
"Aku
sudah memaafkan dan melupakan kejadian itu, itu bukan sepenuhnya salahmu” sahut
Indah.
“Bolehkah
aku mengatakan sesuatu yang selama ini ku simpan untukmu?” pinta lelaki itu.
Indah
mengangguk setuju.
“Izinkan
aku menjadi makhrommu”
Indah
tersenyum bahagia lalu menggangguk setuju untuk yang kesekian kalinya. Inilah
nikmat terindah yang diberikan Tuhan kepadanya. Tak ada sesuatu yang dapat
menhalanginya ketika Tuhan telah jatuh cinta kepadanya dan mengubahnya menjadi
insane yang lebih baik.
--------------------------------------------------------
THE END---------------------------------------------------------